Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
EkBis    
Petani
PKS: Pak Jokowi, Petani Muda Hanya 8 Persen Bukan 29 Persen
2021-08-11 07:40:51
 

 
JAKARTA, Berita HUKUM - Keterangan dan harapan Jokowi bahwa pemerintah akan mendukung regenerasi petani masih sebatas janji. Kondisi faktual yang dirilis oleh Badan Penyuluhan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mencatat petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang.

"Hanya sekitar 8 persen dari total petani kita 33,4 juta orang. Sisanya lebih dari 90 persen masuk petani kolonial, atau petani yang sudah tua," Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi pada acara Pengukuhan Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) di Jakarta, Senin, 13 April 2020 lalu.

"Kutipan berita diatas membantah apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi bahwa petani muda 29%. Darimana pak Presiden mendapatkan data itu? Masak iya dalam setahun petani muda bertambah 21%? Tanya Riyono Ketua DPP PKS Bidang Tani dan Nelayan, Senin (9/8).

Sebelumnya Jokowi meresmikan duta petani milineal sebanyak 2000 orang. Ini langkah bagus sebenarnya untuk melakukan regenerasi petani yang sudah nyaris punah. Namun jangan sampai salah langkah dan salah data yang akhirnya membuat program tidak berjalan.

"Janji Jokowi untuk mendorong agar pemuda menjadi petani harus ditunaikan, berikan jaminan kerjaan buat sarjana pertanian dan buat modernisasi pertaniaan berbasis produk eskpor. Pasti pemuda akan tertarik"papar Riyono.

Usia petani menurut LIPI saat ini diatas 47 tahun, pemuda yang mau bertani hanya 3%, Catatan Kementan 2010 - 2013 ada penurunan 5.1 juta rumah tangga petani yang setara dengan 21 juta jiwa. Artinya petani semakin tidak menarik buat pemuda dan rakyat umumnya.

"Salah satu pemuda malas bertani karena kebijakan impor pangan yang merajalela, Janji stop impor pangan ternyata hanya alat kampanye. Ini membuat petani akan cepat hilang dan membuat ketergantungan kepada impor semakin tinggi" tambah Riyono

Regenerasi petani wajib saat ini dilakukan dengan anggaran dan kebijakan politik yang betul - betul berpihal kepada petani. "Petani adalah soko guru kebangkitan ekonomi nasional, 98% pangan dunia dihasilkan oleh petani kecil. Pak Jokowi jangan hanya janji kembali soal kebijakan pangan yang sering merugikan petani" tutup Riyono.(PKS/bh/sya)



 
   Berita Terkait >
 
 
 
ads1

  Berita Utama
Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?

Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan

Kapan Idul Fitri 2024? Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 10 April, Ini Versi NU dan Pemerintah

Refly Harun: 6 Ahli yang Disodorkan Pihak Terkait di MK Rontok Semua

 

ads2

  Berita Terkini
 
Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?

5 Oknum Anggota Polri Ditangkap di Depok, Diduga Konsumsi Sabu

Mardani: Hak Angket Pemilu 2024 Bakal Bikin Rezim Tak Bisa Tidur

Hasto Ungkap Pertimbangan PDIP untuk Ajukan Hak Angket

Beredar 'Bocoran' Putusan Pilpres di Medsos, MK: Bukan dari Kami

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2